Home / Uncategorized / 6 Hewan yang Diklaim Pernah ke Luar Angkasa, Lalat hingga Ikan

6 Hewan yang Diklaim Pernah ke Luar Angkasa, Lalat hingga Ikan

BERITA HEWAN – Sejarah eksplorasi luar angkasa di Barat mencatat bahwa manusia pertama berhasil mendarat pertama pada 1969. Peristiwa itu dilakukan melalui misi Apollo 11 yang berawak Neil Armstrong dan ‘Buzz’ Aldrin pada Juli 1969. Namun, benarkah hewan juga pernah ke luar angkasa?
Sebelum misi Apollo 11, berbagai eksplorasi luar angkasa sebenarnya sudah dilakukan. Misi bukan berawak manusia melainkan hewan.

Para ilmuwan mencoba mengetahui dampak radiasi kosmik terhadap makhluk hidup, terutama hewan sebagai percobaan. Lantas hewan apa saja yang diklaim pernah ke luar angkasa? Berikut daftarnya, yang dikutip dari BBC Wildlife Magazine.

Daftar 6 Hewan yang Diklaim Pernah ke Luar Angkasa

1. Lalat buah
Pada 1947, terdapat misi eksplorasi luar angkasa dengan mengirim hewan. Lalat buah menjadi hewan pertama yang diklaim pergi ke luar angkasa.

Latar belakang pengiriman hewan ini untuk mengecek seperti apa dampak radiasi kosmik. Pemilihan lalat karena secara genetik, menurut ilmuwan Amerika, bisa mirip dengan manusia, sehingga pada masa mendatang bisa menjadi penelitian untuk manusia.

Lalat dipilih juga karena pada akhir Perang Dunia II, terdapat rudal balistik yang berisi lalat buah. Saat rudal kembali ke daratan dan dibuka, ilmuwan menemukan lalat buah di dalamnya masih hidup.

Hal ini yang kemudian membuat para ilmuwan ingin mengeksplorasi efek radiasi terhadap lalat buah.

2. Monyet dan Kera
Pada 1949, sebuah misi luar angkasa mengirim monyet rhesus bernama Albert II. Monyet tersebut berhasil mencapai ketinggian 134 km, tapi meninggal akibat benturan saat memasuki kembali atmosfer bumi.

Pada 1961, giliran kera yang dikirim NASA ke luar angkasa. Kera besar pertama di luar angkasa tersebut bernama Ham, yang merupakan seekor simpanse. Ham kembali dengan selamat ke bumi, dan hidup hingga tahun 1983.

3. Tikus
Dalam laboratorium, tikus sering menjadi hewan percobaan. Hal serupa juga terjadi pada eksplorasi luar angkasa.

Pada 1950, tikus pertama dikirim ke luar angkasa. Ia berhasil mencapai ketinggian 137 km, tapi mati ketika roketnya hancur akibat kegagalan parasut.

4. Anjing
Pada 1957, anjing bernama Laika dari Moskow dikirim ke luar angkasa. Dia diklaim menjadi hewan pertama yang mengorbit Bumi, tapi tidak pernah kembali. Namun ternyata, anjing tersebut kepanasan dan kemudian meninggal hanya lima jam setelah penerbangan.

5. Katak
Pada 1970, NASA mengirim pesawat ruang angkasa Orbiting Frog Otolith (foto), yang berisi dua katak banteng. Percobaan ini dirancang untuk menyelidiki pengaruh perjalanan luar angkasa terhadap mabuk perjalanan.

Katak tersebut telah dipasang elektroda dan sistem vestibular di dalam telinga. Tujuannya untuk mencatat data tentang dampak keadaan tanpa bobot yang berkelanjutan.

Hasilnya, studi menemukan bahwa setelah 6 hari katak menyesuaikan diri dan sistem vestibular mereka kembali normal.

6. Ikan
Mengirim hewan untuk eksplorasi luar angkasa terus dilakukan. Tak hanya hewan darat, melainkan melibatkan hewan air, yakni ikan.

Pada 1973, NASA mengirim sejenis ikan kecil yang ditemukan di rawa asin yaitu mummichog dan ditambah 50 telurnya. Para ilmuwan ingin mengamati dampak gayaberat mikro pada hewan yang bergerak secara tiga dimensi di Bumi.

Pada manusia, biasanya astronaut menderita penyakit luar angkasa. Dalam hal ini, ikan pun berenang berputar-putar, bukan dalam garis lurus. Namun, dalam beberapa hari, baik para astronaut maupun aquanaut (ikan) sudah mengetahui arah mereka.

Penelitian terhadap ikan juga dilakukan pada era modern. Pada 2012, badan antariksa Jepang memutuskan untuk mengirim ikan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Akuarium mereka memiliki sistem pemberian makan otomatis, sistem sirkulasi air, dan lampu LED untuk mewakili siang dan malam. Ikan yang dipilih untuk naik ke atas adalah medaka (Oryzias latipes) yang memiliki kulit transparan sehingga memudahkan peneliti untuk melihat apa yang terjadi di dalam ikan tersebut.

Tujuan dari percobaan ilmuwan Jepang yakni untuk melihat bagaimana ikan merespons dampak radiasi, degradasi tulang, dan pengecilan otot

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *