Home / Uncategorized / Dari Hutan ke Laut, Ini Alasan Hewan Tropis Berwarna-warni

Dari Hutan ke Laut, Ini Alasan Hewan Tropis Berwarna-warni

Jakarta – Banyak hewan di kawasan tropis memiliki warna tubuh mencolok. Dari burung beo berwarna pelangi di hutan hujan hingga ikan-ikan kecil berkilau kuning, oranye, dan biru di terumbu karang. Keanekaragaman warna ini bukan sekadar estetika, melainkan bagian dari adaptasi evolusioner yang kompleks.

Secara umum, warna pada hewan berfungsi sebagai alat komunikasi. Oscar Puebla, ahli ekologi ikan dari Leibniz Centre for Tropical Marine Research di Jerman, menjelaskan bahwa fungsi warna bisa bermacam-macam.

“Itu bisa jadi untuk berkomunikasi dengan sesama spesies. Misalnya, untuk menarik pasangan,” ujarnya dikutip dari laporan  Rabu, 11 Juni 2025. “Itu bisa juga sebagai peringatan kepada predator bahwa kamu beracun. Atau bisa juga untuk kamuflase agar lolos dari pemangsa.”

Burung, misalnya, mendapatkan pigmen warna merah, oranye, dan kuning dari makanan mereka. Warna-warna cerah itu digunakan untuk menarik pasangan atau menunjukkan dominasi. Sementara itu, ikan dan moluska menggunakan struktur mikroskopis dalam sel mereka untuk membelokkan cahaya dan menciptakan efek warna sebagai bentuk kamuflase.

Roberto Arbore, ahli biologi evolusioner dari Research Center in Biodiversity and Genetic Resources di Portugal, mengatakan bahwa tingginya tingkat keanekaragaman hayati di daerah tropis mendorong hewan untuk tampil mencolok agar mudah dikenali oleh sesama spesies.

“Jika kamu hidup di komunitas yang sangat beragam, seperti hutan hujan, kamu perlu mengenali individu dari spesies yang sama karena berinteraksi dengan spesies lain bisa sangat merugikan, misalnya dalam konteks mencari pasangan,” ujarnya.

Hal ini terutama berlaku pada burung yang sangat bergantung pada penglihatan. Banyaknya spesies burung di hutan tropis menciptakan persaingan untuk menonjol, yang mendorong munculnya beragam warna dan pola pada burung seperti kolibri, toucan, dan burung beo.

Namun, Puebla mengingatkan bahwa persepsi warna bisa berbeda antara manusia dan hewan. “Cara kita melihat warna bisa sangat berbeda dari cara hewan lain melihatnya,” katanya.

Pernyataan ini sangat relevan di lingkungan laut. Karena cahaya merah cepat diserap air, warna tersebut justru menjadi kamuflase efektif bagi beberapa ikan. Corak mencolok yang terlihat terang bagi manusia juga bisa membantu ikan kecil menyamar dari pemangsa di perairan jernih.

“Ikan-ikan karang banyak yang berwarna biru dan kuning, tapi banyak spesies ikan tidak bisa melihat warna itu,” kata Puebla. “Warna-warna ini punya kontras yang sangat kuat, jadi mereka menggunakannya untuk memecah siluet tubuh mereka sebagai cara untuk berkamuflase.”

Selain faktor lingkungan dan keanekaragaman spesies, faktor fisiologis juga berperan. Menurut Arbore, produksi warna memerlukan energi, dan lingkungan tropis yang kaya sumber daya memungkinkan hewan untuk berinvestasi lebih banyak dalam hal warna tubuh.

“Biasanya, habitat tropis lebih kaya,” ujar Arbore. “Kondisinya lebih ‘murah hati’ dalam hal energi, ketersediaan makanan, dan iklim yang lebih bersahabat, yang sangat berpengaruh pada fisiologi hewan-hewan di lingkungan tropis. Spesies yang berbeda bisa menginvestasikan lebih banyak energi untuk tampil berwarna karena ketersediaan sumber daya lebih besar dan biaya fisiologis untuk menjadi penuh warna jadi lebih rendah.”

Pada akhirnya, warna-warni pada hewan tropis adalah hasil dari tekanan evolusi, persaingan spesies, dan ketersediaan sumber daya alam. Kombinasi itu menciptakan pemandangan penuh warna yang memukau di darat maupun bawah laut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *